Jakarta –
Meski beberapa negara telah melegalkan ganja untuk kesenangan pribadi, tidak sedikit negara yang menggunakan ganja sebagai pengobatan medis. Namun, apakah penyembuhannya benar-benar terasa efektif?
Manfaat kesehatan utama ganja adalah menghilangkan rasa sakit. Hal ini terbukti dalam survey nasional di Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa 17-30 persen orang dewasa di Amerika Utara, Eropa dan Australia menggunakannya untuk mengobati nyeri. Bahkan, ada banyak berita yang mempublikasikan efek positif dari penggunaan mariyuana medis.
Namun penggunaan ganja medis masih diperdebatkan karena efektivitasnya masih belum jelas.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Untuk mengungkap kebenarannya, para ilmuwan telah membandingkan secara detail manfaat ganja medis dengan plasebo yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association. Dikutip dari Live Science, mereka memasukkan total 20 penelitian yang melibatkan hampir 1.500 orang untuk membandingkan perubahan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pengobatan.
Sebagai informasi, plasebo adalah metode pemberian obat yang tidak mengandung bahan aktif untuk memprediksi efek suatu obat. Efek plasebo akan menjadi acuan untuk membandingkan efek obat yang sebenarnya.
Sebanyak 62 persen peserta penelitian adalah wanita berusia 33-62 tahun. Kondisi partisipan bervariasi, misalnya penderita nyeri neuropatik akibat kerusakan saraf dan multiple sclerosis. Sebagian besar penelitian dilakukan di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, tetapi para peneliti juga merekrut peserta dari Brasil, Belgia, Jerman, Prancis, Belanda, Israel, Republik Ceko, dan Spanyol.
Untuk prosedurnya, peneliti menggunakan berbagai bentuk obat, dari pil hingga semprotan hingga minyak untuk merokok. Jenis ganja yang digunakan pun beragam, seperti Tetrahydrocannabinol (THC), Cannabinoids (CBD), dan ganja sintetis, contohnya Nabilone.
BERIKUTNYA: Hasil penelitian.
Tonton video “Penggunaan ganja medis juga memiliki risiko, apa saja?”
[Gambas:Video 20detik]